Gue mau cerita sedikit tentang hal-hal yang gue dan beberapa teman gue hadapi sebagai penggila (belum gila, sih) seni saat harus dikurung di dalam balok besar berongga bersisikan tembok yang disebut khalayak ramai sebagai "kelas", tempat dimana seseorang mempelajari hal-hal yang terkesan dipaksakan.
Gue punya masalah yang sebenarnya bagi gue sendiri bukan sebuah masalah, tangan gue gak pernah bisa berhenti bergerak. Gue bisa mencerna pelajaran kalau gue mendengarkan guru berceramah sambil menggambar. Masalahnya, hal ini tidak diterima oleh golongan tertentu yang orang sebut sebagai "guru". Menurut mereka tingkah seperti itu annoying, tapi bagaimana caranya gue bisa mencerna pelajaran kalau gak sambil menggambar?
Sebenarnya menggambar di kelas itu bagi gue, dan seharusnya, gak ada masalah sama sekali. Lah gue gambar pake tangan sendiri, kertas punya sendiri, gak ganggu siapa pun, kan? Kecuali gue gambar sambil teriak-teriak, lompat-lompat, gantungan di kipas angin, baru itu bisa dipermasalahkan. Sebenarnya gue gak terlalu anti sama yang namanya sekolah, tapi yang gue gak suka adalah sekolah gak bisa menerima perbedaan, mengharuskan semuanya sama.
Pernah selama pelajaran agama, gue sama temen semeja gue (dia pengen masuk FSRD juga) gambar dari awal pelajaran. Guru menerangkan kita berdua tetap bisa mencerna. Guru bertanya kita berdua bisa menjawab. Kita berdua gak berisik. Lalu apa masalahnya? Seharusnya gak ada. Tapi, pada suatu ketika guru tersebut sadar atas apa yang sedang kami lakukan, menggambar. Dia mendatangi kami dan menyita gambar-gambar kami, bahkan Micron Brush gue ikut disita! Mimpi apa gue semalem! Sejak saat itu kita berdua tidak diperbolehkan melakukan apapun selain mendengarkan. Sangat menyiksa.
Sekolah seharusnya sadar kalau tiap anak diberikan kemampuan belajar dengan cara berbeda-beda, ada yang audio, visual, dan kinetik. Nah, kebetulan di tes IQ ada chart yang menunjukkan kalau gaya belajar gue setara ketiganya, ketiganya bernilai 85. Jadi, sulit buat gue (dan anak-anak pemabuk seni lainnya) untuk bisa belajar tanpa menyentuh pensil dan menggoreskan kreativitasnya di atas kertas selama pelajaran berlangsung.
Sebuah ide bisa datang secara tiba-tiba dan mood untuk menggambar tidak datang setiap saat. Bagaimana jika ide tersebut datang saat kita berada di dalam kelas? Apa kita harus mencatat ide tersebut baru kemudian direalisasikan kemudian? Ingat, mood menggambar tidak datang setiap waktu.
Gue punya masalah yang sebenarnya bagi gue sendiri bukan sebuah masalah, tangan gue gak pernah bisa berhenti bergerak. Gue bisa mencerna pelajaran kalau gue mendengarkan guru berceramah sambil menggambar. Masalahnya, hal ini tidak diterima oleh golongan tertentu yang orang sebut sebagai "guru". Menurut mereka tingkah seperti itu annoying, tapi bagaimana caranya gue bisa mencerna pelajaran kalau gak sambil menggambar?
Sebenarnya menggambar di kelas itu bagi gue, dan seharusnya, gak ada masalah sama sekali. Lah gue gambar pake tangan sendiri, kertas punya sendiri, gak ganggu siapa pun, kan? Kecuali gue gambar sambil teriak-teriak, lompat-lompat, gantungan di kipas angin, baru itu bisa dipermasalahkan. Sebenarnya gue gak terlalu anti sama yang namanya sekolah, tapi yang gue gak suka adalah sekolah gak bisa menerima perbedaan, mengharuskan semuanya sama.
Pernah selama pelajaran agama, gue sama temen semeja gue (dia pengen masuk FSRD juga) gambar dari awal pelajaran. Guru menerangkan kita berdua tetap bisa mencerna. Guru bertanya kita berdua bisa menjawab. Kita berdua gak berisik. Lalu apa masalahnya? Seharusnya gak ada. Tapi, pada suatu ketika guru tersebut sadar atas apa yang sedang kami lakukan, menggambar. Dia mendatangi kami dan menyita gambar-gambar kami, bahkan Micron Brush gue ikut disita! Mimpi apa gue semalem! Sejak saat itu kita berdua tidak diperbolehkan melakukan apapun selain mendengarkan. Sangat menyiksa.
Sekolah seharusnya sadar kalau tiap anak diberikan kemampuan belajar dengan cara berbeda-beda, ada yang audio, visual, dan kinetik. Nah, kebetulan di tes IQ ada chart yang menunjukkan kalau gaya belajar gue setara ketiganya, ketiganya bernilai 85. Jadi, sulit buat gue (dan anak-anak pemabuk seni lainnya) untuk bisa belajar tanpa menyentuh pensil dan menggoreskan kreativitasnya di atas kertas selama pelajaran berlangsung.
Sebuah ide bisa datang secara tiba-tiba dan mood untuk menggambar tidak datang setiap saat. Bagaimana jika ide tersebut datang saat kita berada di dalam kelas? Apa kita harus mencatat ide tersebut baru kemudian direalisasikan kemudian? Ingat, mood menggambar tidak datang setiap waktu.
No comments:
Post a Comment