@relativitas on Instagram

Friday, January 8, 2016

(Pengen) Masuk FSRD ITB

Gedung FSRD ITB
Dari dulu sampai sekarang, gue gak bisa dipisahkan dengan yang namanya pensil dan kertas, walaupun pisah, itu pasti saat gue mandi, berenang, naik roller-coaster, naik sepeda, dan lain-lain. Kenapa? Karena gak mungkin bisa gambar saat gue lakuin aktivitas tersebut, gak perlu ditanya. Gue bukan pesepeda ekstrim yang bisa gambar sambil ngayuh pedal. Oke, itu gak penting.

Gue pertama kali gambar di usia sebelum menginjak bangku Taman Kanak-kanak. Dari sanalah perjalanan gue dimulai. Sekarang, hidup gue hampir seluruhnya dicurahkan untuk seni. Jadi jangan bingung kenapa gue mau masuk FSRD.

Kadang gue merasa ragu di saat anak lain mau masuk jurusan-jurusan seperti psikologi, ekonomi, bisnis, dan sebagainya. Masa depan mereka terasa menggiurkan, lebih pasti. Sedangkan gue dan teman-teman yang mau masuk FSRD pasti punya keraguan, apakah gue akan duduk di kursi studio sembari sketsa sana-sini, dapat banyak uang dan job, atau gue akan berakhir di pinggir jalan Kota Tua, mengais rejeki yang tidak dapat dibilang banyak dengan goresan sebuah pensil. Tapi ya, itu semua kembali ke passion kita masing-masing. Siapa bilang duduk sambil gambar muka orang di pinggir jalan gak bisa bahagia? Tapi, anak cucu mau makan kertas?

Lalu, apa kendalanya masuk FSRD ITB? Untuk masuk jurusan-jurusan seperti yang telah gue sebutkan di atas, kita bisa belajar dengan rajin dan tekun untuk memperoleh bangku kuliah yang diminati. Tapi, kalau FSRD itu saja tidak cukup. Ada juga tes gambar yang boleh dibilang di luar nalar. Imajinasi dan kreativitas kita harus dipaksa keluar dari dunia normal. Lo harus berhadapan dengan gambar suasana, yang mana sifatnya dapat dibilang cukup subyektif. Jurusan-jurusan lain menilai kertas jawaban dengan menggunakan kunci jawaban yang jawabannya sudah pasti, sedangkan FSRD harus meyakinkan penilai dengan apa yang kita gambarkan, sehingga tidak ada misunderstanding dengan ide cerita kita. Jika ada satu penilai yang salah mengartikan gambar kita, nilai berkurang.

Mau masuk FSRD ITB juga punya kendala lain. Untuk jurusan lain, informasi yang diberikan sekolah cukup aktual dan informatif, sedangkan FSRD pihak sekolah dapat dibilang tidak terlalu mengerti, bahkan yang lebih parah tidak peduli. Akhirnya semua dikembalikan pada murid. Kita yang harus mengusahakannya sendiri, langsung menghubungi pihak universitas.

Masuk FSRD tidak cukup bisa gambar. Jadi jangan berpikiran kalau ada orang yang gambarnya super-hyper-realistic sudah fix masuk FSRD, setidaknya itu yang dipikirkan orang awam. "Wah gambar lo bagus banget. Fix FSRD!" Bukan begitu. Yang diinginkan pihak universitas adalah ide. Bisa saja anak yang dinilai orang banyak kalau gambarnya kurang bagus, malah dia yang diterima. Itulah kesulitan yang harus dihadapi masuk FSRD. Orang yang sudah sangat pandai menggambar bisa saja saat tes masuk kehilangan ide, tapi orang yang gambarnya kurang bagus malah dapat ide gila-gilaan saat tes masuk.

Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung, ini tujuan gue! Semoga kelak di tahun yang akan datang gue bisa ngubah judul post ini dari "(Pengen) Masuk FSRD ITB" menjadi "Masuk FSRD ITB". Gue doain semoga semua yang baca dan mengamini post ini akan disayang oleh Pak Tarno. Amin!

1 comment: